cara mengajarkan pembagian pada anak sd
Pengertiandan Pembagian Thaharah yang Perlu Dipahami pada Anak. Ada banyak pendidikan agama Islam yang bisa diajarkan orangtua kepada anak-anaknya. Tak hanya mengenalkan perintah wajib seperti menjalankan salat lima waktu, berpuasa, dan sebagainya, tetapi ada pula pemahaman tentang bersih-bersih yang perlu anak ketahui.
CaraSederhana Mengajarkan Anak Perkalian Dan Pembagian Diary Curhat Mamak Rempong Sok Bijak Shezahome Com from mama tak perlu khawatir, berikut ini cara mengajarkan anak menghitung dengan mudah. Mengajarkan perkalian 1 sampai 10 bisa jadi tantangan tersendiri bagi orangtua atau guru di sekolah.
berpikir Berikan anak kesempatan berpikir, dan berikan bantuan jika anak meminta. • Salah mengerjakan soal di LKS adalah bagian dari belajar anak. • Berikan pujian pada anak karena usahanya, bukan hanya saat ia mengerjakan dengan benar. • Sesekali, tanyakan kepada anak bagaimana caranya mendapatkan jawaban (cara mengerjakan).
5 Ajarkan Anak dengan Sabar. Cara mudah mengajar matematika anak SD yaitu pastikan mama papa tidak memaksa mereka untuk cepat paham. Kadangkala si kecil mengalami kesulitan pada beberapa hal misalnya pada materi hitung perkalian atau pembagian. Oleh sebab itu, mama papa harus mengajarkan anak dengan sabar dan tenang jika anak masih juga belum
CaraMengajari Anak Paud untuk Suka Belajar - Menurut Administrasi TK PAUD anak-anak pada dasarnya suka belajar sejak dini dan anak-anak mulai menjelajahi tubuh, kemampuan, dan dunia di sekitar mereka. Mereka mungkin tidak berpikir untuk diri mereka sendiri, saya sedang belajar. Pemetaan KI KD PAI Kls 6 SD/ MI Kurikulum 2013 Revisi 2020
ai có nhà di động đầu tiên. Pembelajaran matematika di sekolah dasar didesain untuk mendorong para siswa berpikir sistematis, kritis, analitis, logis, dan kreatif sesuai dengan kemampuan anak. Matematika juga berfungsi untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol untuk menyelesaikan persoalan matematis. Di sekolah dasar, kurikulum matematika menekankan aspek bilangan, geometri dan pengukuran, dan pengolahan data. Masalahnya, dalam proses pembelajaran operasi dasar aritmatika penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian kerap kali guru “menyembunyikan” tanda dan proses berhitung yang semestinya disampaikan secara transparan kepada para siswa. Kadang-kadang guru dan buku rujukan lebih fokus pada orientasi hasil ketimbang proses penyelesaikan soal yang logis benar dan transparan. Selama berabad-abad, guru mengajarkan metode vertikal–metode berhitung yang prosesnya dapat dilakukan secara terstruktur dari atas menuju bawah–untuk menyelesaikan soal aritmatika. Dalam beberapa tahun terakhir, saya mengembangkan dan menguji-cobakan metode horizontal metris, yakni metode perhitungan yang proses penyelesaian dilakukan secara mendatar horizontal. Metode ini bisa dipakai sebagai metode alternatif untuk pengajaran penyelesaian soal. Saya dan kolega melakukan riset dengan melatih penggunaan metode horizontal untuk operasi penjumlahan, pengurangan, dan perkalian kepada 37 guru sekolah dasar di Cisauk, Tangerang, pada 2015. Dari jumlah itu 34 di antaranya menerapkan metode ini di kelas setelah pelatihan. Enam bulan kemudian hasil pengajaran metode ini dites melalui kompetisi aritmatika antarsiswa sekolah dasar di kecamatan tersebut yang menerapkan metode ini. Hasilnya, pembelajaran metris meningkatkan kemampuan para siswa dalam menjawab soal dengan lebih cepat dan lebih baik. Sebuah riset lainnya juga menunjukkan penggunaan metode horizontal dapat meningkatkan kemampuan berhitung dalam konsep pembagian pada anak tuna rungu di sekolah dasar Nagreg Bandung. Pembelajaran aritmetika dapat berkualitas apabila proses berhitung yang menggunakan simbol matematis dapat dilakukan secara logis benar dan transparan. Logis benar artinya setiap langkah dalam proses berhitung harus selalu berdasarkan aturan yang telah ditetapkan oleh definisi pada simbol matematis tersebut. Sedangkan transparan berarti setiap langkah dalam proses berhitung yang benar tersebut sampai diperoleh hasil akhirnya dapat diperlihatkan secara terbuka. Dalam proses hitungnya sejak awal hingga hasil akhirnya harus selalu dihubungkan dengan tanda sama-dengan =. Masalah metode berhitung Soal matematika di buku kelas dua sekolah dasar, yang menjelaskan metode vertikal. Author provided Suatu hari saya menerima kiriman foto halaman buku matematika dari seorang ibu yang anaknya masih belajar di sekolah dasar kelas 2. Foto tersebut memuat proses pembelajaran penjumlahan dengan bilangan negatif atau pengurangan dengan metode vertikal. Proses pembelajaran pengurangan tersebut menjelaskan suatu persoalan apabila harga mutlak pada bilangan negatif lebih besar dari pada bilangan positifnya, seperti soal -35 + 21 = 21 – 35. Proses penyelesaiannya dengan metode vertikal sebagai berikut Langkah pertama, abaikan tanda negatif. Langkah kedua, kurangi bilangan terbesar 35 dengan bilangan terkecil 21, 35 – 21 = 14. Langkah ketiga, beri tanda pada bilangan hasilnya sesuai dengan tanda pada bilangan terbesar 21 – 35 = -14. Metode berhitung ini termasuk logis benar karena bila langkah tersebut diterapkan maka hasil akhirnya tidak salah. Tapi apakah cara berhitung di atas termasuk logis benar dan transparan? Ternyata jawabnya tidak, karena setiap langkah hitungnya yang dimulai dari soal awal hingga hasil akhirnya tidak selalu dihubungkan dengan tanda sama dengan =. Saya kemudian bertanya ke guru matematika SD dan jawabannya mengejutkan. Dia menjelaskan bahwa sebagian proses berhitungnya tidak perlu diperlihatkan langkah per langkahnya alias disembunyikan, lalu hasil akhirnya saja yang ditulis pada lembar jawaban. Bila proses pembelajaran seperti ini yang dikembangkan, guru telah gagal mengajarkan kepada para siswa untuk tetap berpikir logis benar dan transparan. Metode vertikal vs horizontal Lalu bagaimana agar proses pendidikan berhitung tersebut dapat logis benar dan transparan? Solusinya ada dua cara. Pertama soal itu dapat diselesaikan tetap menggunakan metode konvensional/vertikal tapi bukan seperti yang terdapat pada buku panduan tersebut. Atau, kedua, dengan memanfaatkan metode horizontal. Pertama, bila menggunakan metode konvensional maka konsep sifat perkalian antara tanda negatif dan negatif menjadi positif harus sudah diketahui oleh siswa SD. Pemenuhan syarat ini bisa jadi merupakan kekurangan dari cara konvensional karena konsep perkalian antar bilangan negatif belum diberikan kepada siswa SD di tingkat awal seperti siswa kelas 1 atau 2. Proses penjelasan cara berhitung 21 – 35 agar dapat tetap logis benar dan transparan adalah 21 – 35 = - - 21 + 35 = - 35 – 21 = - 14. Sedangkan untuk memperoleh hasil pengurangan 35 – 21 prosesnya dapat menggunakan metode konvensional secara logis benar dan transparan yang biasa sudah diajarkan oleh para guru SD. Kedua, bila penyelesaiaan soal 21 – 35 menggunakan bantuan metode horizontal maka persyaratan pemahaman siswa akan konsep perkalian antar bilangan negatif yang mesti dipenuhi oleh metode konvensional di atas tidak dibutuhkan lagi. Sehingga proses pembelajaran pengurangan yang logis benar dan transparan dapat lebih awal diberikan ke para siswa SD dengan memanfaatkan metode ini. Dalam metris terdapat notasi pagar yang berfungsi sebagai pengelompokan nilai tempat bilangan satuan, puluhan, ratusan, dan ribuan. Proses penjumlahan atau pengurangan dapat dilakukan oleh bilangan yang mempunyai nilai tempat yang sama. Notasi pagar tersebut dapat dilepas apabila jumlah pagar sama dengan jumlah angka di sebelah kanannya dan tanda positif negatif pada setiap angka diantara semua notasi pagar harus sama. Dengan bantuan metode horizontal dapat dibuktikan bahwa proses perhitungan 21 – 34 dapat tetap benar dan transparan yaitu 21 – 35 = 2-31-5 = -1-4 = - 14 = - 14. Sedangkan untuk penjelasan 2-3 = -1 atau 1-5 = -4 dapat diterangkan dengan mudah menggunakan garis bilangan. Hal ini dapat terjadi karena dengan bantuan metode horizontal maka soal penjumlahan dan pengurangan dengan bilangan puluhan, ratusan, dan ribuan dapat dicacah menjadi bilangan paling kecil yaitu berupa bilangan satuan sehingga dengan mudah mampu divisualisasikan oleh siswa-siswi sekolah dasar. Kurikulum pendidikan matematika dasar dengan proses pengajaran yang selalu dijaga agar tetap logis benar dan transparan dalam memecahkan masalah aritmetika sangat penting. Model kurikulum pembelajaran seperti ini akan membuat para siswa SD dapat lebih baik memahami proses berhitung. Dengan metode berhitung yang logis benar dan transparan, pemahaman siswa diharapkan dapat meningkat dan menjadi dasar untuk pengembangan kemampuan siswa bidang matematika tingkat pendidikan berikutnya. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan seharusnya menerima inovasi metode belajar yang logis benar dan transparan agar kualitas pendidikan Indonesia makin menanjak.
Pembagian adalah konsep matematika utama yang seharusnya dipelajari oleh anak-anak setelah mereka mempelajari operasi penambahan, pengurangan dan perkalian. Biasanya operasi pembagian mulai diperkenalkan pada kelas tiga di sekolah dasar hampir bersamaan dengan pengajaran Perkalian, tepatnya adalah Perkalian diajarkan terlebih dahulu baru kemudian Pembagian dan kemudian keduanya akan diajarkan secara paralel. Para orang tua mungkin ingin memahami bagaimana caranya mengajarkan ketrampilan pembagian ini secara benar kepada anak-anak mereka. Metode untuk mengajarkan Pembagian pada tahap awal yang paling sesuai adalah dengan menghubungkan ke konsep Pengurangan, yaitu dengan memandang pembagian sebagai pengurangan beruntun 24/4 = 6 artinya adalah 24 –4 –4 –4 –4 – 4 –4 = 0. Karena dengan pendekatan pengurangan beruntun ini, si anak dapat menggunakan pemahaman yang telah didapat selama mempelajari operasi pengurangan untuk selanjutnya digunakan mempelajari Pembagian. Cara selanjutnya untuk mengajarkan operasi Pembagian adalah dengan memandang Pembagian sebagai Invers Perkalian 20/5 = ? ó 5 * ? = 20. Cara pengajaran Pembagian sebagai Invers Perkalian dilakukan setelah siswa telah memahami operasi perkalian dengan cukup baik. Dengan kedua cara di atas diharapkan siswa mampu melihat hubungan yang erat antara pembagian dengan ke tiga operasi dasar aritmatika yang lain. Ada beberapa tahap untuk mengajarkan anak-anak mengenai konsep pembagian ini. Tahap-tahap ini bergantung pada kemampuan bukan pada umur anak tersebut secara unik sehingga tidak dapat dipaksakan dalam proses pengajarannya. Untuk memudahkan, cara pengajaran operasi pembagian dibagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pengenalan pembagian, tahap pembagian tradisional, tahap pembagian mental. Yang nantinya akan dibahas secara terinci satu demi satu. 1. Tahap Pengenalan Pembagian Dalam tahap ini, diperkenalkan terlebih dahulu konsep Pembagian sebagai Pengurangan Beruntun dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dengan menggunakan wadah telur atau wadah lain yang dalamnya bersekat-sekat, dan dengan menggunakan kelereng untuk mengajarkan operasi pembagian, misalnya 12/4. Langkah pertama adalah ambil duabelas kelereng, dan meminta siswa untuk membilangnya. Kemudian ambil 4 empat kelereng dan di masukkan ke dalam ruangan dalam wadah telur tersebut, ulangi terus hal ini dan letakkan dalam ruangan yang berbeda sampai keduabelas kelereng tersebut habis 12 – 4 – 4 – 4 = 0. Jika hal ini telah selesai, maka hitunglah jumlah ruangan dari wadah telur yang terisi 4 empat kelereng tersebut, yaitu sebanyak 3 tiga ruangan. Akhirnya siswa dijelaskan bahwa jumlah ruangan yang terisi kelereng tersebut adalah jawaban dari soal pembagian 12/4, yang sama dengan 3. Cara alternatif yang lain untuk mengajarkan operasi pembagian dengan menggunakan kertas berpetak dan pensil berwarna. Misalkan untuk mengajarkan 12/4, di sini siswa diminta untuk mewarnai 12 duabelas kotak. Kemudian siswa diminta memotong empat kotak-empat kotak sampai 12 duabelas kotak tadi habis. Hasil potongannya kemudian dihitung jumlahnya, yang merupakan solusi dari masalah pembagian 12/4 tersebut, yang sama dengan 3 tiga. Selanjutnya untuk mengenalkan konsep Pembagian sebagai Invers Perkalian, susun ulang lagi tiga bagian dari empat kotak - empat kotak tersebut sampai membentuk 12 duabelas kotak semula [3*4 = 12]. Proses pengajaran ini terus dibolak-balik sampai siswa mengerti makna dari konsep Invers. Sebagai Keterangan tambahan, cara mengajarkan fakta-fakta pembagian dapat menggunakan gambar-gambar benda nyata dalam bentuk soal secara berulang-ulang. Selanjutnya sebagai keterangan notasi pembagi yang sering digunakan adalah a/b atau a ÷ b ,dimana a disebut Pembilang / Yang Dibagi dan b adalah Penyebut / Pembagi. 2. Tahap Pembagian Tradisional Pada tahap ini tentunya dimulai dengan penulisan operator pembagian ÷ . Yang menjadi masalah paling pokok dalam mengajarkan operasi pembagian adalah mengajarkan Pembagian Dasar dengan penyebut denominator 1 satu 9 sembilan TANPA RESIDU terlebih dahulu. Baru kemudian Pembagian Dasar dengan penyebut denominator 1 satu 9 sembilan dengan RESIDU. a. Cara Mengajarkan Pembagian dengan pembagi 0 nol, 1 satu, 2 dua dan 3 tiga 1. Dibagi dengan bilangan 0 nol Bilangan pembilang tidak akan dapat dibagi dengan bilangan 0 nol karena tidak mungkin untuk membuat 0 kelompok dari sebuah bilangan. 2. Dibagi dengan bilangan 1 satu Sembarang bilangan dibagi dengan bilangan 1 satu, hasilnya adalah bilangan itu sendiri. Jika kita membagi dengan bilangan 1 satu berarti akan mempunyai satu kelompok benda saja maka semua benda akan termuat dalam satu kelompok tersebut 3. Dibagi dengan bilangan 2 dua dan 3 tiga Contoh dari pembagian dengan Pembilang 2 dua dan 3 tiga sebagai berikut 2 Dua 0 ÷ 2 = 0 2 ÷ 2 = 1 4 ÷ 2 = 2 6 ÷ 2 = 3 8 ÷ 2 = 4 10 ÷ 2 = 5 12 ÷ 2 = 6 14 ÷ 2 = 7 16 ÷ 2 = 8 18 ÷ 2 = 9 3 Tiga 0 ÷ 3 = 0 3 ÷ 3 = 1 6 ÷ 3 = 2 9 ÷ 3 = 3 12 ÷ 3 = 4 15 ÷ 3 = 5 18 ÷ 3 = 6 21 ÷ 3 = 7 24 ÷ 3 = 8 27 ÷ 3 = 9 Cara ini diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada b. Cara Mengajarkan Pembagian dengan pembagi 4 empat, 5 lima, dan 6 enam Contoh dari pembagian dengan Pembilang 4 empat, 5 lima, dan 6 enam sebagai berikut 4 empat 0 ÷ 4 = 0 4 ÷ 4 = 1 8 ÷ 4 = 2 12 ÷ 4 = 3 16 ÷ 4 = 4 20 ÷ 4 = 5 24 ÷ 4 = 6 28 ÷ 4 = 7 32 ÷ 4 = 8 36 ÷ 4 = 9 5 lima 0 ÷ 5 = 0 5 ÷ 5 = 1 10 ÷ 5 = 2 15 ÷ 5 = 3 20 ÷ 5 = 4 25 ÷ 5 = 5 30 ÷ 5 = 6 35 ÷ 5 = 7 40 ÷ 5 = 8 45 ÷ 5 = 9 6 enam 0 ÷ 6 = 0 6 ÷ 6 = 1 12 ÷ 6 = 2 18 ÷ 6 = 3 24 ÷ 6 = 4 30 ÷ 6 = 5 36 ÷ 6 = 6 42 ÷ 6 = 7 48 ÷ 6 = 8 54 ÷ 6 = 9 Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada c. Cara Mengajarkan Pembagian dengan pembagi 7 tujuh, 8 delapan, dan 9 sembilan Contoh dari pembagian dengan Pembilang 7 tujuh, 8 delapan, dan 9 sembilan sebagai berikut 7 tujuh 0 ÷ 7 = 0 7 ÷ 7 = 1 14 ÷ 7 = 2 21 ÷ 7 = 3 28 ÷ 7 = 4 35 ÷ 7 = 5 42 ÷ 7 = 6 49 ÷ 7 = 7 56 ÷ 7 = 8 63 ÷ 7 = 9 8 delapan 0 ÷ 8 = 0 8 ÷ 8 = 1 16 ÷ 8 = 2 24 ÷ 8 = 3 32 ÷ 8 = 4 40 ÷ 8 = 5 48 ÷ 8 = 6 56 ÷ 8 = 7 64 ÷ 8 = 8 72 ÷ 8 = 9 9 sembilan 0 ÷ 9 = 0 9 ÷ 9 = 1 18 ÷ 9 = 2 27 ÷ 9 = 3 36 ÷ 9 = 4 45 ÷ 9 = 5 54 ÷ 9 = 6 63 ÷ 9 = 7 72 ÷ 9 = 8 81 ÷ 9 = 9 Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada d. Cara Mengajarkan Pembagian Puluhan dengan Residu.Cara Umum Untuk mengajarkan Pembagian dengan Residu atau Pembagian secara Umum cara yang paling efektif adalah dengan notasi Kurung Bagi Division Bracket. Misalnya untuk soal 43 ÷ 7, sebagai berikut - Letakkan Pembagi/ Penyebut 7 sebelum notasi Kurung Bagi dan letakkan bagian yang Dibagi/ Pembilang dibawah notasi Kurung Bagi tersebut.. ___ 7 43 - Uji digit pertama dari yang Dibagi 4, yang lebih kecil dari 7 maka tidak bias dibagi dengan bilangan 7 untuk mendapatkan hasil baginya. Kemudian pandang dua digit pertama dari yang Dibagi 43 dan tentukan berapa banyak 7 dapat membaginya. Dalam hal ini 42 memenuhi syarat tersebut 6*7 = 42. Selanjutnya letakkan 6 di atas Notasi Kurung Bagi. 7 43 Kalikan 6 dengan 7 dan letakkan hasilnya 42 dibawah yang dibagi 43. 7 43 42 Selanjutnya tarik garis bawah 42, dan kurangkan 42 ini dengan yang dibagi 43. Tuliskan hasilnya 43-42 = 1 dibawah garis bawah tersebut. 7 43 42 1 Karena hasil selisihnya 1 lebih kecil daripada Pembagi 7 maka selesailah proses pembagiannya. Dan bilangan 1 satu ini adalah Residu dari pembagian di atas, solusi pembagian tersebut ditulis sebagai 6 1/7 atau dapat ditulis juga sbb 7 43 42 1 Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada. e. Cara Mengajarkan Pembagian secara Umum Secara umum ketika Pembagi mempunyai digit lebih dari satu, prosedur pembagian tradisional adalah sama dengan sebelumnya tetapi mungkin kita membutuhkan lebih banyak corat-coret untuk melakukan operasi perkalian dalam langkah pendugaan guessing pada proses pembagian tersebut ______ Sebagai contoh akan dihitung 14 7434 , dengan langkah-langkah sbb - Karena bilangan 7 dalam 7434 lebih kecil dari pada 14, maka dilihat bilangan 74. Untuk mencari berapa banyak kelipatan 14 yang paling mendekati 74 terkadang harus melakukan beberapa langkah pendugaan. Cek sampai mendapatkan kelipatan 14 maksimum yang masih lebih kecil dari 74. 2 × 14 = 28 5 × 14 = 70 4 × 14 = 56 6 × 14 = 84 Dari tabel perhitungan, dapat dilihat kelipatan 14 yang sesuai untuk mendekati 74 adalah 5, sehingga 14 7434 434 - Ulangi langkah diatas, sekarang pandang angka 43 dari 434. Dan lakukan perkalian untuk menduga kelipatan dari 14 yang sesuai, sbb 2 × 14 = 28 3 × 14 = 42 4 × 14 = 56 Dari tabel perhitungan, dapat dilihat kelipatan 14 yang sesuai untuk mendekati 43 adalah 3, sehingga 14 7434 434 14 - Ulangi langkah diatas, sekarang pandang angka 14, , dapat dilihat kelipatan 14 yang sesuai adalah 1, sehingga 14 7434 434 14 14 0 Karena sisa pembagian telah mencapai 0 nol, maka proses pembagian telah selesai tanpa Residu. Cara ini kemudian diulang-ulang untuk berbagai variasi soal yang ada. Kemudian kita masuk ke dalam digit bilangan yang lebih tinggi misalnya ratusan, ribuan dan seterusnya. 3. Tahap Pembagian Mental Perhitungan Mental adalah cara menghitung dengan hanya menggunakan Otak manusia, tanpa dengan bantuan peralatan yang lain. Dalam penelitian didapatkan kesimpulan bahwa perhitungan mental ini dapat meningkatkan kepercayaan diri, kecepatan merespon, ingatan dan daya konsentrasi pada para praktisinya. Kunci utama dalam Pembagian secara mental adalah Ingatan memori dalam melakukan Perkalian Mental yang sudah diluar kepala. Serta Visualisasi visualization dari proses manipulasi operasi pembagian Berdasarkan cara memvisualisasinya, Pembagian Mental dapat dibagi dalam dua kategori A. Visualisasi Langsung Direct Visualization Di sini konsep Metode Horisontal mulai berperan secara dominan. Pengenalan Konsep Asosiasi Posisi dengan menggunakan Notasi Pagar adalah esensial untuk menggunakan visualisasi secara langsung ini. Kata langsung’ di sini artinya adalah kita langsung bermain dengan konsep abstrak dari Angka tanpa menggunakan peralatan bantuan. Mula-mula siswa diajarkan menghitung pembagian dengan metode horisontal dengan Notasi Pagarnya secara tertulis, selanjutnya mereka dilatih untuk membayangkan memvisualisasi proses manipulasi yang telah dilakukannya. Perlu diperhatikan bahwa Operasi Pembagian merupakan operasi yang paling sukar dibandingkan ketiga operasi dasar aritmatika yang lain pertambahan, pengurangan dan perkalian. Hal ini dikarenakan dalam proses pembagian terdapat langkah Pendugaan guessing, sehingga untuk melakukan proses pembagian yang efektif tidak hanya sekedar menguasai prosedur pembagian saja tetapi siswa harus dapat melihat POLA yang dapat memudahkan proses pembagian tersebut. Hal ini dapat diajarkan melalui pelatihan yang intens dan berulang-ulang. Source
Artikel ini saya tulis berdasarkan permintaan teman blogger yang kesulitan mengajarkan pembagian kepada adiknya yang duduk di bangku kelas 3 SD. Sebenarnya bukan kakaknya yang tidak bisa mengajari adiknya, kesulitan ada pada adiknya yang gagal paham. Begini ya prend, mengajari anak Matematika khususnya pembagian itu membutuhkan kesabaran. Proses pembelajaran yang lebih serius dimulai ketika anak sudah duduk di bangku kelas 3 SD yang mana anak harus berpindah proses dari banyak bermainnya ketika belajar menjadi lebih fokus kepada pelajaran. Untuk mengajarkan pembagian pada tingkat lanjut, anak harus mengenal dulu konsep pembagian yang tentunya sudah dipelajari sebelumnya. Ketika masih duduk di bangku kelas 2 SD, siswa dikenalkan materi dasar tentang perkalian dan pembagian. Jika perkalian adalah penjumlahan berulang, pembelajaran selanjutnya siswa akan belajar mengenai pembagian sebagai pengurangan berulang. Konsep perkalian Dalam perkalian yang merupakan penjumlahan berulang memiliki aturan atau konsep yang telah disepakati. Menurut pakar Matematika, konsep ini sangat sesuai dengan perkembangan anak dalam memahami Matematika. Pada contoh soal misalnya, 6x4=4+4+4+4+4+4=24. Jika ada yang protes, mengapa harus begitu cara menghitungnya ? kan bisa juga 6x4=6+6+6+6=24. Iya sama-sama benar sih, bahkan lebih mudah menghitungnya, itu kalau menurut kita, tapi cara seperti itu jelas menyalahi aturan yang sudah ada. Penggunaan yang benar adalah 6x4=4+4+4+4+4+4=24 bukan 6+6+6+6=24. Konsep perkalian seperti ini biasanya diajarkan kepada siswa yang duduk di bangku kelas 2 SD. Nah, tidak mau kaan, adik kita dapat nilai 0 dari gurunya. Jadi saran saya, ketika mengajari adiknya perkalian, terapkan saja aturan yang sudah ditetapkan. Konsep pembagian Pembagian adalah lawan dari perkalian. Konsep pembagian adalah pengurangan berulang oleh bilangan pembagi sampai sisanya 0. Banyaknya bilangan pembagi merupakan hasil pembagian. Misalnya 182=18-2-2-2-2-2-2-2-2-2=0, jadi 182=9. Sekarang kita akan belajar membagi bilangan yang lebih besar. Materi ini biasanya diajarkan pada siswa kelas 3 SD. Cara menghitungnya dengan pembagian susun. Di daerah saya, pembagian susun biasanya disebut porogapit. Kalau di daerah kamu namaya apa prend? Contoh soal Pak Hari memiliki 72 ekor sapi. Beliau ingin membagikan sapi-sapi itu kepada 3 anaknya. Berapakah sapi yang diterima masing-masing anak? Secara Matematis ditulis 72 3 =... Beginilah cara mengajarkan pembagian porogapit versi saya. 1. Karena bilangan pembagi adalah 3, maka mintalah anak untuk membuat tabel perkalian. Tabel dengan konsep seperti gambar diatas saya buat berdasarkan poster tabel yang dijual di pasaran. Dan memang tabel seperti inilah yang sesuai dengan konsep perkalian. Kebanyakan anak kelas 3 SD belum hafal perkalian. Jadi mau tidak mau harus membuat tabel. Menurut pengamatan saya, anak-anak itu lebih mudah menghafalkan perkalian daripada pembagian. 2. Langkah berikutnya, jelaskan kepada anak bahwa bilangan pembaginya adalah 3 sedangkan yang dibagi adalah 7. Jelaskan juga bahwa angka yang ada di bawah bilangan yang dibagi tidak boleh lebih besar. Untuk memudahkan, tanyakan pada anak. Berapa dikali 3 hasilnya 7 atau yang paling dekat dengan 7. Maka secara otomatis anak akan langsung melihat tabel dan menemukan angka 2x3=6. Dalam hal ini, agar lebih mudah memahami, anak harus menulisnya di bawah bilangan pembagi. Selanjutnya angka depan yaitu 2 sebagai pengali 3 harus ditulis di atas. Setelah itu menghitung pengurangan angka 7-6=1. 3. Setelah melakukan proses pengurangan angka yang ada di depan 7, selanjutnya angka ke dua yaitu 2 diturunkan lurus ke bawah maka akan didapat angka 12. 4. Tanyakan lagi kepada anak, berapa dikali 3 hasilnya 12 ? maka anak akan kembali lagi melihat tabel dan menemukan angka 4x3=12. Anak harus menulisnya lagi seperti langkah sebelumnya. Kemudian angka depan yaitu 4 sebagai pengali 3 harus ditulis di atas, tepat di belakang angka 2. 5. Langkah terakhir adalah proses pengurangan. Angka yang dikurangi dan yang mengurangi adalah sama yaitu 12-12 dan sudah pasti hasilnya adalah 0. Karena hasil akhir adalah 0, dengan demikian proses pembagian dengan porogapit selesai. Bagaimana ? mudah kan? cara menghitung pembagian dengan porogapit. Jika dengan menggunakan cara di atas, anak masih saja tidak paham. Yah, tetap sabar saja ya. Karena kemampuan tiap anak itu berbeda-beda. Semoga bermanfaat dan tetap semangat ...
Kata sandang ini saya catat bersendikan permintaan teman blogger yang kesulitan mengajarkan pembagian kepada adiknya yang duduk di balai-balai kelas bawah 3 SD. Senyatanya bukan kakaknya yang bukan bisa mengajari adiknya, kesulitan ada sreg adiknya nan gagal paham. Serupa ini ya prend, mengajari anak Ilmu hitung khususnya pembagian itu membutuhkan toleransi. Proses pembelajaran yang lebih serius dimulai ketika anak asuh sudah duduk di bangku kelas bawah 3 SD yang mana anak asuh harus berpindah proses bersumber banyak bermainnya saat belajar menjadi lebih titik api kepada tutorial. Lakukan mengajarkan pencatuan pada tingkat lanjut, anak harus mengenal silam konsep pembagian yang tentunya sudah dipelajari sebelumnya. Ketika masih duduk di balai-balai kelas bawah 2 SD, siswa dikenalkan materi dasar tentang perkalian dan pembagian. Jika perkalian yaitu penjumlahan tautologis, pembelajaran selanjutnya siswa akan membiasakan mengenai pembagian sebagai pengurangan berulang. Konsep perkalian Privat pergandaan yang merupakan penjumlahan berulang memiliki aturan ataupun konsep yang telah disepakati. Menurut pakar Matematika, konsep ini sangat sesuai dengan perkembangan anak dalam memahami Matematika. Pada contoh soal misalnya, 6×4=4+4+4+4+4+4=24. Jika ada yang protes, cak kenapa harus begitu cara menghitungnya ? cerek bisa sekali lagi 6×4=6+6+6+6=24. Iya selevel-proporsional benar sih, bahkan kian mudah menghitungnya, itu kalau menurut kita, tapi kaidah semacam itu jelas menyalahi sifat yang mutakadim suka-suka. Penggunaan yang moralistis adalah 6×4=4+4+4+4+4+4=24 lain 6+6+6+6=24 . Konsep perkalian seperti ini kebanyakan diajarkan kepada siswa yang duduk di tapang kelas 2 SD. Nah, tidak mau kaan, adik kita dapat ponten 0 berusul gurunya. Jadi saran saya, ketika mengajari adiknya perkalian, terapkan semata-mata rasam yang telah ditetapkan. Konsep pengalokasian Pembagian adalah lawan dari pergandaan. Konsep pendistribusian adalah ki pemotongan berulang oleh bilangan pembagi sampai sisanya 0. Banyaknya bilangan pembagi merupakan hasil pembagian. Misalnya 182=18-2-2-2-2-2-2-2-2-2=0, jadi 182=9. Sekarang kita akan belajar menjatah predestinasi yang lebih osean. Materi ini umumnya diajarkan lega pesuluh kelas 3 SD. Pendirian menghitungnya dengan pembagian susun. Di daerah saya, pengalokasian susun rata-rata disebut porogapit. Kalau di daerah kamu namaya apa prend? Teladan tanya Kelongsong Musim memiliki 72 ekor sapi. Beliau ingin membagikan sapi-sapi itu kepada 3 anaknya. Berapakah sapi yang diterima per anak? Secara Matematis ditulis 72 3 =… Beginilah cara mengajarkan pembagian porogapit versi saya. 1. Karena kadar pembagi yakni 3, maka mintalah momongan untuk membuat tabel pergandaan. Tabulasi dengan konsep seperti gambar diatas saya buat beralaskan poster tabulasi yang dijual di kodian. Dan memang tabel seperti inilah yang sesuai dengan konsep perkalian. Kebanyakan anak kelas bawah 3 SD belum hafal pergandaan. Makara mau tak mau harus membuat tabel. Menurut pengamatan saya, anak asuh-anak itu lebih mudah menghafalkan perkalian daripada pendistribusian. 2. Langkah berikutnya, jelaskan kepada anak bahwa ketentuan pembaginya adalah 3 sedangkan yang dibagi adalah 7. Jelaskan juga bahwa angka yang ada di bawah ganjaran yang dibagi tidak boleh kian besar. Buat memudahkan, tanyakan sreg anak. Berapa dikali 3 balasannya 7 atau yang paling kecil dekat dengan 7. Maka secara faali anak akan langsung mematamatai tabel dan menemukan angka 2×3=6. Intern hal ini, kiranya lebih mudah mengerti, anak harus menulisnya di dasar bilangan pembagi. Seterusnya skor depan yaitu 2 andai pengali 3 harus ditulis di atas. Setelah itu menotal penyunatan angka 7-6=1. 3. Setelah berbuat proses pengurangan kredit yang suka-suka di depan 7, lebih lanjut angka ke dua ialah 2 diturunkan lurus ke pangkal maka akan didapat poin 12. 4. Tanyakan lagi kepada anak, berapa dikali 3 akibatnya 12 ? maka momongan akan kembali pula melihat tabel dan menemukan skor 4×3=12. Anak harus menulisnya lagi begitu juga persiapan sebelumnya. Kemudian angka depan yakni 4 misal pengali 3 harus ditulis di atas, tepat di pinggul angka 2. 5. Langkah bungsu yakni proses pengurangan. Skor nan dikurangi dan nan mengurangi yaitu setimbang yaitu 12-12 dan mutakadim pasti hasilnya adalah 0. Karena hasil akhir yakni 0, dengan demikian proses penjatahan dengan porogapit selesai. Bagaimana ? mudah kan? cara menghitung pendistribusian dengan porogapit. Jika dengan menggunakan kaidah di atas, anak masih saja tak responsif. Yah, teguh sabar sekadar ya. Karena kemampuan tiap anak itu berbeda-selisih. Mudahmudahan bermanfaat dan tunak hidup …
Mengajarkan konsep pembagian kepada anak yang baru belajar berhitung memerlukan kesabaran yang cukup tinggi, terutama jika siswa nya termasuk yang mempunyai daya serap dan daya nalar yang lemah terhadap matematika. Kesabaran kita diuji disini, apakah kita bisa sabar menjelaskan konsep dasar pembagian kepada anak sampai anak benar-benar paham ? Untuk mengajarkan pembagian kepada anak dengan daya nalar yang bagus relatif mudah, tapi bagaimana jika kita harus mengajarkan materi tersebut kepada anak yang daya nalarnya lemah. Mungkin kita akan sering membatin "gimana sih, soal semudah ini saja tidak bisa". Sebagian kita mungkin lupa bagaimana dulu awal belajar berhitung, tahu-tahu sekarang sudah menguasainya. Ketika diminta untuk mengajarkan kepada adik-adik kita yang baru mulai belajar berhitung, kebingungan bagaimana cara mengajarkannya, akhirnya hanya disuruh menghapalkannya, pokoknya kalau 10 2 = 5, 16 4 = 4 dsb, tapi tidak bisa memberikan pemahaman darimana dan bagaimana hasil tersebut didapat. Apakah kamu termasuk yang mengalami hal seperti diatas ? Kami akan mengupas tuntas bagaimana tahapan mengajarkan pembagian kepada anak mulai dari anak tidak tahu apa itu pembagian sampai dengan menghitung operasi pembagian tanpa harus menulis proses perhitungannya. Tahap 1 Mengajarkan konsep pembagian kepada anak yang baru mulai belajar berhitung tidak hapal perkalian Ini adalah tahapan yang paling dasar bagaimana mengenalkan konsep pembagian pada anak yang belum mengenal apa itu pembagian, meskipun sebenarnya pada praktek kehidupan sehari-hari sudah sering mereka lakukan. Misalnya ada anak punya permen 10, dibagi sama rata ke 5 temannya maka masing-masing anak mendapat 2 permen. Itulah pembagian. Seringkali kita melompati tahap ini ketika mengajarkan pembagian, kita langsung meminta anak untuk menghapal 10 5 = 2, 6 2 = 3, dst. Untuk anak yang punya daya nalar dan daya ingat yang bagus kemungkinan anak bisa mengikuti, apalagi biasanya sebelum belajar pembagian anak-anak sudah diajarkan dan disuruh menggapal perkalian, jadi tinggal dibalik jadi pembagian. Tapi bagaimana jika kita menemui anak yang lambat dalam mencerna materi matematika, penjumlahan masih lambat, pengurangan masih sering salah apalagi perkalian...tidak banyak hapal perkalian.... apakah bisa mengajarkan pembagian kepada anak yang seperti ini ? Bagaimana caranya ? Jawabannya adalah bisa. Selama anak sudah menguasai materi menghitung jumlah benda maka materi pembagian sudah bisa diajarkan, bahkan bisa langsung diajarkan tanpa harus mengajarkan penjumlahan, pengurangan atau perkalian terlebih dahulu. Baca Mengajarkan Konsep Dasar Penjumlahan Ada beberapa metode yang bisa dilakukan untuk tahap 1 ini, antara lain metode menggunakan batang lidi dan metode dengan gambar. Kedua metode ini pada prinsipnya hampir sama, perbedaannya hanya pada alatnya saja, yang lebih praktis adalah metode dengan gambar karena tidak harus menyiapkan batang lidi dengan jumlah tertentu. Apakah teman-teman ingat dulu pernah disuruh bapak / ibu guru untuk membawa batang lidi / bambu dengan jumlah yang banyak ? Nah itu salah satu metode untuk mengenalkan konsep perhitungan, baik penjumlahan, pengurangan, perkalian maupun pembagian. Baik, kali ini kita hanya akan membahas metode menggunakan gambar. Bagaimana caranya ? Langsung saja ya..... Berapa 20 5 ? Langkah 1 Tulis angka 1 s/d 5 berderet sebaris Langkah 2 Gambar lingkaran kecil tepat dibawah angka-angka yang kita tulis tadi, sambil dihitung jumlah lingkaran yang sedang digambar mulai dari angka 1, 2, 3, 4, 5. Langkah 3 Setelah baris pertama selesai, lanjutkan menggambar lingkaran pada baris berikutnya, mulai dari angka 1 lagi, sambil menghitug jumlahnya 6, 7, 8..... Gambar lingkaran berhenti ketika sudah mencapai jumlah 20. Langkah 4 Hitung jumlah barisnya dari atas ke bawah ada berapa lingkaran ada 4 baris, itulah hasilnya. Jadi hasil 20 5 = 4 1 2 3 4 5 • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • Apakah cukup membantu ? Jika anak sudah menguasai tahap ini, sebaiknya mulai diajarkan ke tahap berikutnya. Karena menghitung dengan metode ini tidak bisa cepat, tapi mudah dicerna. Mau latihan dengan metode ini ? 1. 30 5 = 2. 60 4 = 3. 24 8 = 4. 72 9 = 5. 48 6 = Tahap 2 Mengajarkan konsep pembagian kepada anak yang bisa menguasai / hapal perkalian 1 s/d 10 Pada tahap ini anak seharusnya sudah paham apa itu pembagian. Untuk mempercepat proses perhitungan anak mulai diminta untuk menghapal operasi pembagian. Target nya adalah anak bisa hapal pembagian sampai bilangan 100. Proses ini akan jauh lebih mudah jika anak sudah hapal perkalian 1 s/d 10. Kalaupun anak belum hapal perkalian sampai 1 s/d 10 tidak apa-apa, tetap bisa diajarkan pembagian tahap 2, tapi mungkin lebih lama proses nya. Disini kita fokus pada pembagian bilangan 100 kebawah dengan bilangan pembagi dan hasil baginya adalah 1 s/d 10. Kenapa ini perlu dihapal ? Karena ini merupakan dasar dari proses pembagian dengan bilangan yang lebih besar, atau pecahan desimal. Tahap ini dibagi menjadi 3 bagian a. Pembagian bilangan 25 kebawah - Pertama diajarkan pembagian bilangan yg habis dibagi 5 25 5 = 5 20 5 = 4 15 5 = 3 10 5 = 2 5 5 = 1 Kalau anak kesulitan menghapal nya, bisa dibantu dengan menuliskan perkaliannya dulu, kemudian angka pembaginya ditutup, angka yang terlihat adalah hasil baginya. 4 x 5 = 20; kalau 20 5 maka pada operasi perkalian angka 5 nya kita tutup, jadi hasilnya adalah angka yang satunya yg terlihat yaitu 4. Baca Mengajarkan Konsep Dasar Perkalian Jika sudah lancar bisa dilanjutkan 24 4 = 6 20 4 = 5 16 4 = 4 12 4 = 3 8 4 = 2 4 4 = 1 24 3 = 8 21 3 = 7 18 3 = 6 15 3 = 5 12 3 = 4 9 3 = 3 6 3 = 2 3 3 = 1 20 2 = 10 18 2 = 9 16 2 = 8 14 2 = 7 12 2 = 6 10 2 = 5 8 2 = 4 6 2 = 3 4 2 = 2 2 2 = 1 b. Pembagian bilangan 50 kebawah 49 7 = 7 42 7 = 6 35 7 = 5 28 7 = 4 21 7 = 3 14 7 = 2 7 7 = 1 48 6 = 8 42 6 = 7 36 6 = 6 30 6 = 5 24 6 = 4 18 6 = 3 12 6 = 2 6 6 = 1 50 5 = 10 45 5 = 9 40 5 = 8 35 5 = 7 30 5 = 6 40 4 = 10 36 4 = 9 32 4 = 8 28 4 = 7 30 3 = 10 27 3 = 9 c. Pembagian bilangan 100 kebawah 100 10 = 10 90 10 = 9 80 10 = 8 70 10 = 7 60 10 = 6 50 10 = 5 40 10 = 4 30 10 = 3 20 10 = 2 10 10 = 1 Bagian ini biasanya anak cepat hapal 90 9 = 10 81 9 = 9 72 9 = 8 63 9 = 7 54 9 = 6 45 9 = 5 36 9 = 4 27 9 = 3 18 9 = 2 9 9 = 1 Untuk bagian ini tips nya, hasil baginya adalah angka depan +1 80 8 = 10 72 8 = 9 64 8 = 8 56 8 = 7 48 8 = 6 40 8 = 5 32 8 = 4 24 8 = 3 16 8 = 2 8 8 = 1 Untuk bagian ini tips nya, jika diatas 40 hasil baginya adalah angka depan +2, untuk bilangan 40 kebawah hasil baginya adalah angka depan +1 70 7 = 10 63 7 = 9 56 7 = 8 60 6 = 10 54 6 = 9 Jika masih kesulitan menghapal bisa menggunakan bantuan perkalian atau kembali menggunakan cara tahap 1 metode menggunakan gambar Tahap 3 Mengajarkan konsep sisa, yaitu tidak semua bilangan habis dibagi. Setelah menguasai pembagian bilangan dibawah 100, tahap selajutnya adalah mengenalkan bahwa tidak semua bilangan habis dibagi. Tahap ini bisa mulai dikenalkan setelah anak bisa menghapal pembagian bilangan 50 kebawah, kemudian diajarkan sambil proses anak menghapal pembagian 100 kebawah. Untuk mengenalkan konsep sisa bisa dengan cara tahap 1 metode menggunakan gambar, dengan contoh bilangan yg kecil saja 25 kebawah , misal 10 3 1 2 3 • • 3 • • 6 • • 9 • Setelah digambar ternyata yang baris terakhir tidak semua dapat lingkaran, ada sisa 1 lingkaran di baris paling bawah, artinya 10 3 itu hasilnya 3 sisa 1. Disini kita belum perlu mengenalkan bentuk pecahan atau desimal, cukup menentukan hasilnya berapa sisa berapa. Contoh lain , 15 4 1 2 3 4 • • • 4 • • • 8 • • • 12 • • • Hasilnya adalah 3 sisa 3. Tahap ini mungkin tidak butuh waktu terlalu lama untuk menjelaskan kepada anak, cukup anak tahu konsepnya. Karena pada tahapan selanjutnya anak akan sering menggunakan konsep ini, jadi dengan sendirinya anak akan terlatih dan terbiasa menggunakannya Tahap 4 Mengajarkan metode pembagian bersusun porogapit. Metode pembagian yang umum dipakai adalah metode pembagian bersusun porogapit. Mengajari metode pembagian bersusun kepada anak membutuhkan kesabaran dan ketelatenan yang lebih serta trik-trik yang memudahkan anak untuk memahaminya. Bisa jadi kita merasa sudah menjelaskan dengan terang benderang langkah-langkah metode pembagian bersusun kepada anak, tetapi anak tidak paham-paham malah tambah bingung. Akhirnya kita pun ikut bingung memikirkan cara apalagi yang bisa digunakan untuk bisa membuat anak paham. Memang, bagi anak yang baru belajar pembagian metode ini terasa cukup rumit, ada beberapa langkah-langkah yang harus dihapal dan dipahami. Apalagi jika anak tidak hapal perkalian 1 s/10, pasti jadi tambah rumit. Tapi bukan berarti anak yang tidak hapal perkalian 1 s/d 10 tidak bisa mengerjakan metode pembagian bersusun. Mari kita mulai mengupas langkah-langkah mengajarkan pembagian bersusun. Di daerah saya, pembagian susun biasanya disebut porogapit. Kalau di daerah kamu namaya apa prend? Contoh soal Pak Hari memiliki 72 ekor sapi. Beliau ingin membagikan sapi-sapi itu kepada 3 anaknya. Berapakah sapi yang diterima masing-masing anak? Secara Matematis ditulis 72 3 =... Beginilah cara mengajarkan pembagian porogapit versi kami. 1. Karena bilangan pembagi adalah 3, maka mintalah anak untuk membuat tabel perkalian dengan konsep seperti gambar diatas. Tabel tersebut sangat membantu untuk anak yang tidak hapal perkalian. 2. Langkah berikutnya, jelaskan kepada anak bahwa bilangan pembaginya adalah 3 sedangkan yang dibagi adalah 7. Jelaskan juga kepada anak jika bilangan pembaginya lebih besar dari bilangan pertama bilangan yang dibagi maka bilangan yang dibagi untuk tahap pertama adalah 2 digit. Untuk memudahkan, tanyakan pada anak. Berapa dikali 3 hasilnya 7 atau yang paling dekat dengan 7. Maka secara otomatis anak akan langsung melihat tabel dan menemukan angka 2x3=6. Dalam hal ini, agar lebih mudah memahami, anak harus menulisnya di bawah bilangan pembagi. Selanjutnya angka depan yaitu 2 sebagai pengali 3 harus ditulis di atas. Setelah itu menghitung pengurangan angka 7-6=1. Baca Mengajarkan Konsep Dasar Pengurangan 3. Setelah melakukan proses pengurangan angka yang ada di depan 7, selanjutnya angka ke dua yaitu 2 diturunkan lurus ke bawah maka akan didapat angka 12. 4. Tanyakan lagi kepada anak, berapa dikali 3 hasilnya 12 ? maka anak akan kembali lagi melihat tabel dan menemukan angka 4x3=12. Anak harus menulisnya lagi seperti langkah sebelumnya. Kemudian angka depan yaitu 4 sebagai pengali 3 harus ditulis di atas, tepat di belakang angka 2. 5. Langkah terakhir adalah proses pengurangan. Angka yang dikurangi dan yang mengurangi adalah sama yaitu 12-12 dan sudah pasti hasilnya adalah 0. Karena hasil akhir adalah 0, dengan demikian proses pembagian dengan porogapit selesai. Bagaimana ? mudah kan? cara menghitung pembagian dengan porogapit. Jika dengan menggunakan cara di atas, anak masih saja tidak paham. Yah, tetap sabar saja ya. Karena kemampuan tiap anak itu berbeda-beda. Semoga bermanfaat dan tetap semangat ... *Bersambung* Tahap 5 Tambahan Mengajarkan beberapa pembagian khusus yang bisa dilakukan tanpa harus menulis proses pembagiannya.
cara mengajarkan pembagian pada anak sd